langgananinfo.com – CEO baru Starbucks, Brian Niccol, menghadapi ujian besar setelah menjanjikan peningkatan kualitas penghasilan dan kondisi kerja bagi para barista. Namun, janji tersebut kini tengah diuji oleh ribuan barista di Amerika Serikat yang tergabung dalam serikat pekerja Starbucks Workers United.
Para barista, yang mewakili sekitar 10.000 pekerja Starbucks di AS, telah menggelar pemungutan suara untuk memutuskan aksi mogok. Hasilnya, sebanyak 98% anggota serikat mendukung rencana pemogokan tersebut. Meski tanggal pastinya belum ditentukan, aksi ini dimaksudkan untuk menuntut kenaikan gaji yang layak dan penyelesaian ratusan keluhan terkait praktik ketenagakerjaan yang dianggap tidak adil.
”Baca Juga : Daftar Pencarian Teratas Google 2024: Khodam hingga Lagu APT“
Tuntutan para barista ini mencakup peningkatan upah yang lebih sesuai dengan beban kerja mereka, serta perbaikan terhadap perlakuan yang dinilai merugikan karyawan. Serikat pekerja menilai bahwa praktik ketenagakerjaan yang dilakukan perusahaan selama ini tidak hanya merugikan pekerja, tetapi juga menunjukkan kurangnya komitmen terhadap kesejahteraan karyawan.
Ancaman mogok ini menjadi tantangan besar bagi Brian Niccol, yang baru menjabat sebagai CEO Starbucks. Ia harus segera mengambil langkah konkret untuk meredam situasi ini, karena aksi mogok dapat berdampak signifikan terhadap operasional Starbucks di seluruh AS.
Bagi para pekerja, aksi ini merupakan bentuk perlawanan untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Sementara itu, bagi Starbucks, ancaman ini menjadi pengingat pentingnya menjaga hubungan yang baik dengan karyawan, terutama di tengah tantangan ekonomi yang semakin kompleks.
Dengan tekanan yang meningkat, semua mata kini tertuju pada bagaimana Niccol akan menangani situasi ini dan apakah ia mampu memenuhi janjinya untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik bagi para barista.
Starbucks dan serikat pekerja Starbucks Workers United telah berselisih sejak 2021, ketika gerai pertama di Buffalo, New York, resmi berserikat. Setelah sempat terhenti selama satu tahun, negosiasi antara kedua belah pihak kembali dimulai pada April 2023. Meski terdapat kemajuan dengan tercapainya kesepakatan pada 30 topik, sebagian besar tuntutan pekerja masih belum dipenuhi.
Juru bicara Starbucks, Phil Gee, menyatakan kekecewaannya terhadap rencana mogok yang direncanakan oleh ribuan barista di AS. Menurut Gee, proses negosiasi selama ini telah berjalan produktif, dengan delapan sesi perundingan yang menghasilkan beberapa kesepakatan penting.
”Baca Juga : Pemerintah Berikan Insentif untuk Mobil Hybrid, Ini Besarannya“