langgananinfo.com – Wakil Menteri Pertanian sekaligus Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog, Sudaryono, menyatakan bahwa Indonesia siap mengekspor beras ke beberapa negara. Negara tujuan utama saat ini adalah Malaysia dan Palestina. Hal ini dimungkinkan karena hasil panen dalam negeri dinilai melimpah dan berkualitas tinggi. Cadangan beras pemerintah (CBP) tercatat mencapai 3,7 juta ton, dengan penyerapan beras dari Januari hingga pertengahan Mei 2025 mencapai 2,1 juta ton.
“Baca Juga: Koperasi Desa Merah Putih Terapkan Transaksi Cashless”
Ekspor ke Malaysia Capai 2.000 Ton per Bulan
Sudaryono mengungkapkan bahwa rencana ekspor ke Malaysia telah dibahas bersama Menteri Pertanian negara tersebut. Pemerintah Indonesia berencana mengekspor sekitar 2.000 ton beras ke Malaysia setiap bulan. Kesepakatan dasar telah dicapai, termasuk soal standar kualitas dan harga. Kedua negara sepakat untuk menjaga kualitas beras sesuai permintaan pasar Malaysia. Sudaryono menegaskan bahwa ekspor ini juga menjadi bukti bahwa Indonesia mulai bertransformasi dari negara pengimpor menjadi pengekspor beras. Saat ini, proses ekspor tengah disiapkan secara administratif dan logistik. Semua langkah masih menunggu instruksi resmi dari Presiden Prabowo Subianto sebelum pengiriman dapat dilakukan secara berkala dan berkelanjutan.
Prabowo Restui Ekspor dan Dorong Misi Kemanusiaan
Presiden Prabowo Subianto telah memberikan izin atas rencana ekspor beras ini. Dalam sambutannya di acara peluncuran Gerakan Indonesia Menanam (Gerina) di Banyuasin, Sumatra Selatan, Prabowo menegaskan bahwa ekspor juga bisa menjadi bagian dari misi kemanusiaan. Ia menekankan bahwa ekspor ke Palestina atau negara lain yang membutuhkan tidak perlu berorientasi keuntungan tinggi. Yang penting, biaya produksi dan distribusi dapat ditutup, dan Indonesia bisa hadir sebagai bangsa yang membantu negara lain.
Potensi Ekspor ke Palestina dan Afrika Sedang Dikaji
Selain Malaysia, Indonesia mempertimbangkan untuk menyalurkan bantuan beras ke Palestina dan negara-negara Afrika. Pemerintah melihat peluang besar menjadikan surplus beras sebagai sarana diplomasi kemanusiaan. Menurut Sudaryono, skema ekspor dengan pendekatan sosial sedang dibahas lebih lanjut oleh berbagai kementerian terkait. Jika terwujud, hal ini akan memperkuat citra Indonesia sebagai negara yang mandiri secara pangan dan mampu berkontribusi secara global serta berdaya saing tinggi.
“Baca Juga: Huawei Siap Luncurkan Laptop Layar Lipat Pertama Tahun Depan”
Pengusaha Ingatkan Risiko Produksi Menurun
Meski pemerintah optimis, Ketua Umum Perpadi, Sutarto Alimoeso, mengingatkan bahwa produksi beras nasional mulai menunjukkan penurunan. Ia menjelaskan bahwa puncak panen raya pertama telah lewat, dan panen berikutnya baru akan terjadi pada Juli–Agustus 2025. Oleh karena itu, Sutarto menyarankan agar klaim surplus dievaluasi ulang setelah panen kedua. Ia juga menyoroti potensi persaingan ketat di pasar ekspor global, karena negara lain juga tengah mengalami surplus produksi beras. Indonesia perlu berhati-hati agar tidak kekurangan pasokan domestik di masa mendatang.