Langganan info – Kenaikan harga beras sering kali menjadi perhatian utama bagi konsumen di Indonesia, dan Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini mengungkapkan bahwa harga beras mengalami peningkatan signifikan pada bulan Juli 2024. Kenaikan ini dipengaruhi oleh berakhirnya periode panen raya yang berdampak pada pasokan beras di pasar. Artikel ini akan menjelaskan lebih dalam mengenai faktor-faktor yang menyebabkan kenaikan harga beras dan implikasinya bagi konsumen serta petani.
Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik, Amalia Adininggar Widyasanti, harga beras mengalami kenaikan pada Juli 2024. Penjelasan pertama mengenai kenaikan ini berawal dari harga gabah, di mana Gabah Kering Panen (GKP) mengalami kenaikan sebesar 5,28 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) dan sebesar 15,43 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Sementara itu, Gabah Kering Giling (GKG) juga naik sebesar 4,49 persen secara mtm dan 12,19 persen secara yoy.
“Perlu saya informasikan kembali bahwa harga beras yang kami sampaikan ini merupakan rata-rata harga beras yang mencakup berbagai jenis kualitas beras dan juga mencakup rata-rata harga beras di seluruh wilayah Indonesia,” ujar Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (1/8/2024).
Kenaikan harga beras di tingkat penggilingan pada Juli 2024 tercatat sebesar 2,22 persen secara mtm dan 14,15 persen secara yoy. Di tingkat grosir dan eceran, beras mengalami inflasi 1,03 persen secara mtm atau naik sebesar 11,77 persen secara yoy. Di tingkat eceran, beras mengalami inflasi sebesar 0,94 persen secara mtm dan naik sebesar 12,65 persen secara yoy.
“Baca juga: KFC Indonesia Catat Kenaikan Kerugian Hinga 6.173%”
Amalia menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama kenaikan harga beras adalah berakhirnya periode panen raya yang terjadi pada April dan Mei lalu. “Siklus tahunan ini selalu terjadi setiap tahunnya. Saat kita selesai dengan masa panen, artinya jumlah pasokan beras di pasar mulai turun, ini yang kemudian mendorong terjadinya kenaikan harga beras,” ujar Amalia.
Selama periode panen raya, pasokan beras melimpah, yang umumnya menekan harga beras. Namun, setelah panen raya berakhir, pasokan berkurang, yang menyebabkan harga beras cenderung naik. Fluktuasi harga ini merupakan bagian dari siklus tahunan pertanian beras di Indonesia.
Kenaikan harga beras tidak hanya berdampak pada konsumen, tetapi juga pada petani. Saat ini, harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani cenderung tinggi dan bahkan sudah melebihi harga pembelian pemerintah yang dipatok di Rp 6.000 per kilogram. Hal ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara harga pasar dan harga yang ditetapkan oleh pemerintah, yang berpotensi mempengaruhi pendapatan petani.
Bagi konsumen, kenaikan harga beras bisa menambah beban pengeluaran bulanan, terutama bagi rumah tangga yang mengandalkan beras sebagai bahan makanan pokok. Fluktuasi harga ini memerlukan perhatian dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, untuk memastikan bahwa harga beras tetap stabil dan terjangkau.
“Simak juga: Kondisi Ekonomi Energi Indonesia Rupiah Melemah”
Untuk mengatasi fluktuasi harga beras, pemerintah dan pihak terkait dapat mengambil beberapa langkah. Salah satunya adalah dengan meningkatkan produktivitas pertanian melalui teknologi dan metode pertanian modern. Selain itu, perlu adanya upaya untuk memperbaiki sistem distribusi beras agar pasokan di pasar lebih merata dan stabil.
Program-program bantuan untuk petani, seperti subsidi atau harga beli yang adil, juga dapat membantu mengurangi dampak dari fluktuasi harga. Di sisi lain, konsumen disarankan untuk mengikuti perkembangan harga dan berbelanja dengan bijak untuk mengelola anggaran rumah tangga.
Kenaikan harga beras pada Juli 2024 yang diungkapkan oleh BPS menunjukkan dampak dari berakhirnya periode panen raya dan penurunan pasokan beras di pasar. Kenaikan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk fluktuasi harga gabah dan siklus tahunan pertanian. Dampak dari kenaikan harga ini dirasakan baik oleh petani maupun konsumen, dan memerlukan langkah-langkah strategis dari pemerintah dan pihak terkait untuk mengelola fluktuasi harga beras dan menjaga kestabilan pasokan. Dengan upaya yang tepat, diharapkan harga beras dapat tetap terjangkau dan memberikan manfaat bagi semua pihak.