Langganan info – Kematian tragis Atarrazka Kenzi Hamizan, seorang balita berusia 2 tahun di Kota Medan, menjelang operasi bibir sumbingnya, telah menimbulkan dugaan serius tentang kemungkinan malapraktik di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati. Pada Kamis pagi, 27 Juni 2024.[1] Atarrazka dan keluarganya tiba di rumah sakit dalam keadaan sehat, siap menjalani prosedur kedua untuk kondisi bibir sumbingnya.
Menurut ibunya, Rika Lidiyawati, proses persiapan Atarrazka termasuk pemeriksaan darah dan paru-paru berjalan lancar. Namun, situasi berubah drastis saat anaknya tiba-tiba harus dipindahkan ke ICU setelah operasi dimulai. Informasi dari pihak medis mengindikasikan bahwa kondisi Atarrazka memburuk dengan cepat, dengan gejala yang mencurigakan terkait reaksi terhadap anestesi yang diberikan.
“Baca juga: Francesco Bagnaia Menembus Rekor Kemenangan dengan Ducati“ [2]
Rika dan keluarganya bersikeras bahwa Atarrazka tidak pernah memiliki riwayat penyakit serius sebelumnya, menjadikan kematiannya semakin menyedihkan dan memicu pertanyaan serius terhadap protokol medis yang diikuti selama operasi tersebut. Meskipun keluarga belum melaporkan insiden ini ke polisi, mereka menuntut penjelasan lengkap dan transparansi dari rumah sakit.
Di sisi lain, pihak Rumah Sakit Mitra Sejati membantah tuduhan malapraktik.[3] Humas mereka, Erwinsyah Dimyati Lubis, menjelaskan bahwa sebelum operasi. Pihak rumah sakit telah melakukan edukasi mendalam kepada keluarga tentang risiko yang terlibat dalam prosedur anestesi. Meskipun keluarga telah memberikan persetujuan untuk melanjutkan operasi, penyelidikan internal masih berlangsung untuk memahami penyebab pasti dari kematian tragis tersebut.
“Simak juga: Adian Napitupulu Kritik Pengungkapan Kasus Harun Masiku oleh KPK” [4]
Kondisi ini menimbulkan perdebatan hukum dan etika yang kompleks. Di mana kewajiban medis untuk menyelamatkan nyawa bertabrakan dengan hak keluarga untuk mencari keadilan atas hilangnya seorang anak yang dicintai.[5] Sementara itu, komitmen dari pihak rumah sakit untuk memberikan kompensasi finansial kepada keluarga menjadi tanda perdamain potensial dalam sengketa ini. Meskipun pertanyaan tentang akuntabilitas tetap belum terjawab sepenuhnya.
[1] https://m.tribunnews.com/regional/2024/06/30/dugaan-malapraktik-anak-2-tahun-di-medan-meninggal-jelang-operasi-bibir-sumbing-pihak-rs-buka-suara?page=3
[2] https://isicerita.com/otomotif/francesco-bagnaia-menembus-rekor-kemenangan-dengan-ducati/
[3] https://desernews.com/diduga-korban-malapraktik-balita-di-medan-meninggal-dunia-usai-disuntik-bius/
[4] https://awalanberita.net/informasi-umum/adian-napitupulu-kritik-pengungkapan-kasus-harun-masiku-oleh-kpk/
[5] https://www.detik.com/sumut/berita/d-7416216/balita-meninggal-usai-disuntik-saat-operasi-di-medan-keluarga-duga-malpraktik/amp